Sahabat seiman..,
Subhanallah, betapa nikmat
sujud di hadapan Allah, begitu lezat mengingat mengucap lafazh asma-Nya. Bilakah
kita mengakui ini, dapatkah kita rasa ada sesak dada yang menyiksa, ada beban
pikir yang mengganjal langkah, kala mengingat terlalu banyak kesempatan yang
terlewat. Saat berpikir bagaimana menebus kesempatan yang terbuang, dan menjaga
peluang yang akan datang.
Sahabat seiman…
Adalah Anas bin an-Nadhor
pernah absen dalam perang Badar, perang pertama yang penuh kesan. Tak sanggup
matanya terpejam, tak henti hatinya meronta, ia berjanji bilakah saat nanti
kesempatan memerangi musyrikin kembali akan dipersembahkan perjuangan yang
terbaik. Maka tatkala kesempatan perang uhud tiba, tak sanggup lagi ia bendung
kerinduan, membayar kesempatan yang terlewatkan. Hingga tatkala Sa'ad bin
Mu'adz menjumpainya ia berkata bahwa aroma syurga begitu sangat menggoda di
bawah gunung Uhud. Maka tawakkal dan ikhtiarnya melesatkannya bak anak panah
keluar dari busurnya, hingga syahid pun menjemputnya dengan lencana luka
pedang, tombak dan panah lebih dari delapan puluh menghujam di tubuhnya.
Sahabat seiman…
Cobalah tatap kembali
kesempatan yang terbentang, buatlah list kelalaian, catatlah tekad perbaikan.
Sungguh, diantara yang akan mencuatkan potensi keunggulan adalah menyesali
kelalaian dan memenuhi janji perbaikan. Menangislah Jika tak dapat kau temukan
kelalaian, sebab kau tak lagi mampu menemukan kelalaianmu saat itu.
Selamat beraktifitas!
Posting Komentar